Pages

Thursday, July 18, 2013

SEJARAH SINGKAT DESA MUNCAN


Berbicara tentang sejarah adalah suatu pemikiran yang mengacu pada masa lampau oleh karenanya pemaparan dalam hal sejarah merupakan penyampaian tentang apa yang pernah terjadi pada masa lalu. Kalau dilihat dari segi tujuannya, dalam hal pemaparan sejarah adalah sebagai perbandingan  pada masa sekarang dan sebagai cermin terhadap peristiwa masa yang akan datang. Di dalamnya ditemukan pengertian sejarah yang secara etimologi berasal dari bahasa Melayu yang diambil alih dari bahasa Arab yang berarti pohon, keturunan, asal mula, silsilah, riwayat, Babad. Desa mengandung pengertian sebagai satu kesatuan masyarakat hukum yang menempati suatu wilayah serta berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri. Dari pengertian tersebut sejarah desa dapat didefinisikan adalah suatu ilmu tentang pristiwa yang terjadi pada suatu  wilayah masyarakat hukum (Desa) tertentu  sebagai bandingan antara masa lampau, masa sekarang dan sebagai gambaran peristiwa yang akan datang.
Kesempatan ini diuraikan tentang sejarah singkat nama Desa Muncan. Nama Desa Muncan pernah termuat dalam brosur yang diedarkan pada waktu karya manca walikrama pura besakih pada bulan april 1960 antara lain ada juga disebut nama-nama tempat seperti: Desa Kanyuruhan, Baledan, Yeh Patal, Yeh Lenggung, Gunung Toh Langkir. Diperkirakan sumber dari nama-nama tersebut dikutip dari prasasti jaya pangus atau raja Purana Besakih, Maka sebutan Nama Desa Mancan, Menjadi Muncan, kemungkinana disebabkan oleh peralihan bahasa seperti :
Sebetan menjadi Sibetan, Manteb menjadi Muntab demikian pula Mancan Menjadi Muncan. Itu menurut nama yang diambil dari prasasti yang termuat, ada puala yang menyebut cerita masyarakat kuno ada seorang Brahmana yang bernama Ida Gede Padang Rata yang berasal dari Sidemen dulu pesramannya berada disekitar dekat dengan mata air yang airnya jernih dan besar, beliau tinggal dipsraman yang bernama tihying dadi yang sekarang tempat tersebut bernama manik. Beliau memberi nama sumber mata air tersebut dengan sebutan nama Yeh Babah, agak keselatan sumber mata air bernama petung yang berdekatan dengan pura subak Ulun Suwi, Mata Air tersebut terhindar dari letusan gunung agung yang airnya mengaliri persawahan Di Desa Muncan, selain untuk mengairi sawah, dipergunakan juga sebagai air minum bersih melalui perpiaan sampai ke Sangkan Gunung dan tangkup.
Dan disebelah barat Desa Muncan, ada sumber mata air besar yang airnya mengalir kesungai, mata air tersebut yang sampai sekarang bernama mata air  Kelebut  masyarakat setempat konon dulunya mata air muncrat, mungkin nama Desa Muncan berasal dari kata muncrat, yang airnya muncrat setinggi dengan pemukiman penduduk yang ada disebelah timurnya mata air, yang sampai sekarang wilayah yang bersebelahan dengan mata air tersebut, disebut Susut, konon menurut cerita masyarakat setempat menimbun mata air tersebut dengan material bebatuan di sekitarnya sehingga lama kelamaan tidak muncrat lagi air tersebut sampai sekarang.
Lebih jauhnya lagi diperhatikan Geografis Desa Muncan dari kaki Gunung Agung menjurus keselatan yang dibatasi dibagian timurnya oleh aliran sungai tukad barak dan ye Unda, dan di bagian baratnya Desa Pejeng dan Tukad Yeh Telaga Waja. Kedua tepian sungai ini bertemu/menyampuh dipenghujung selatan Desa Tangkup yaitu wilayah perbatasan karangasem dengan klungkung, di sebelah utaranya berdirilah Gunung Agung yang begitu megahnya. Memperhatikan penyatur Desa tersebut maka pusatnya disebut Muncan, dengan demikian lengkaplah penataan sebuah desa, dengan sebutan nyatur desa dengan manca Desa selanjutnya memperhatikan jalan besar yang lebarnya tujuh meter terbentang dari Desa Lebih sampai ke Desa Tangkup. Mengapa disebut demikian dulu masa adat Bali, Desa Muncan pernah mendapat gelar menjadi Desa Manca yang artinya Wilayah kekuasaannya lebih kecil dari kecamatan yang kemudian karena Desa Muncan lebih berkembang, sebutan Gelar Desa Manca tidak lagi, karena gelar tersebut sudah dipindahkan kedesa Sidemen.
Mengenai kependudukan Desa Muncan yang bersumber pada cerita rakyat, dimasa berkuasanya Ida I Gusti Anglurah Sidemen, diantara keturunan beliau ada yang berpuri/tinggal di bagian selatan Desa Muncan, kemudian beliau memimpin sebuah pura yang bernama Pura Linjong, dalam pengembangan tata kehidupan beragama, Ida Gede Padang Rata memimpin sebuah pura yaitu Pura Panti dan Pura Penataran. Selanjutnya sesudah tahun 1879 I Gusti Nyoman Kebon membuat jero diselat yang kemudian Beliau Biseka/bergelar I Gusti Nengah Sibetan diantara keturunan beliau ada yang bernama I Gusti Gede Taman Dimade bersama pengiringnya bermukim di Desa Muncan dan berpuri di sebelah Barat Pura Puseh, kedatangan Tokoh Masyarakat tersebut diatas besama pengulu dan pemuka masyarakat lalu mengadakan Saba untuk menata Desa Muncan, dalam Saba tersebut terdapat kesepakatan/musyawarah mufakat membangun menata Desa dan Pura Desa Muncan Diantaranya berpedoman/berpegangan pada piteket “Empu Kuturan” yang berarti Pura Besakih, adapun piteket tersebut yang tidak bisa dilupakan adalah Dewa Nawa Sanga yang diragakan dalam bentuk Arca Sanga : Laki Dan Perempuan.
Dalam manifestasinya adalah “Siwa Lingga Dampati” yang diupacarakan/diupacarai setiap tahun sekali yaitu pada saat madu masa menjelang tahun Caka, pada tileming sasih cetra “ Sanga” ini dibuncingkan ( dikawinkan ) lengkap dengan Widiwidananya lalu dianyud ke Tukad Tlaga Waja, sehingga besoknya pada tanggal eaicaka Tahun Baru Caka dilakukan Tapa Brata Penyepian, berdasarkan hasil musyawarah pada Saba tersebut diatas maka dibangun khayangan Desa ( Tiga) yaitu : Pura Puseh, Pura Bale Agung, dan Pura Dalem. Disamping Pura-pura yang dibangun dahulu semuanya dihuyu oleh krama masyarakat Desa Muncan yang lengkap dengan pengacinya. Berdasarkan hasil Saba Gede itu yang dilandasi pada suaranya sang Gede, lalu sura sang Gede diarcakan dalam sebuah Kulkul Kayu Gede  yang berukuran tinggi 4 meter dengan garis tengah 0,50 meter, ini merupakan perujudan masyarakat memulihkan Sang Hyang Iswara dengan pakem moto “ Tri Hita  Karana Bhakti “ yang bermakna pengabdian kita, baik buruknya sampai mati bersama.
Kulkul tersebut sampai kini masih tetap dikramatkan dan disuarakan atau dipukul hanya pada saat-saat penting saja diantaranya : pada Saba/ Usaba Gede, permulaan Tahun Caka dan Penutupan Tahun Caka ( saat pabuncingan Arca Sanga ) dan saat-saat genting. Diluar itu kulkul tersebut diabadikan dalam lambang “Lambang Desa Muncan” dengan kehidupan lainnya dalam masyarakat lembaga sosial Desa tanggal 4 Januari 1976 yang diprakarsai oleh LSD Muncan ditulis oleh I Wayan Suri. Selanjutnya mengenai kehidupan beragama di Muncan, tata laksananya diatur dalam sebuah awig-awig Desa dan Purana-purana. Awig-awig Desa Muncan yang pertama disusun pada jamannya Ida Wayan Dangin di Sidemen, mengenai pelaksanaan adat/pekraman oleh kelian Desa Adat, diayomi oleh Prebekel dan tentang pengaci-aci  di Pura Khayangan dislenggarakan/ diatur oleh sapta pemangku di kordinir oleh kebayan, dan Kelian Desa Adat dibantu oleh yang disebut Dangka, Ngukuhin, Salahin, Taki dan Ngitutut. Mengenai Pengaci-aci diambilkan dari hasil Sawah/ Tegal/ Pelaba Pura dan swinih aturan bebanten menurut jenisnya oleh masyarakat.
Demikianlah sekilas sejarang singkat Desa Muncan yang telah dimusyawarahkan sebagaimana yang tersebut diatas. 

9 comments:

  1. Matur paramasuksma..
    Wawu tiang manggihin berita puniki. Mangda kacunduk. Nunas alamat Putu Marayasa sareng no tlp. Dari Jero Putus Upadesa Bendesa Adat Muncan. 08123908986

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sampun sering tangkil ring peragan jro gde sareng sekaa genjek druene jro.

      Delete
    2. Titiang wantah seka genjek druene puniki jero bendesa

      Delete
  2. drdulu sya nyari tentang sejarah muncan baru ketemunya skr...suksma ya...

    ReplyDelete