Berbicara
tentang sejarah adalah suatu pemikiran yang mengacu pada masa lampau oleh
karenanya pemaparan dalam hal sejarah merupakan penyampaian tentang apa yang
pernah terjadi pada masa lalu. Kalau dilihat dari segi tujuannya, dalam hal
pemaparan sejarah adalah sebagai perbandingan
pada masa sekarang dan sebagai cermin terhadap peristiwa masa yang akan
datang. Di dalamnya ditemukan pengertian sejarah yang secara etimologi berasal
dari bahasa Melayu yang diambil alih dari bahasa Arab yang berarti pohon,
keturunan, asal mula, silsilah, riwayat, Babad.
Desa mengandung pengertian sebagai satu kesatuan masyarakat hukum yang
menempati suatu wilayah serta berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri. Dari
pengertian tersebut sejarah desa dapat didefinisikan adalah suatu ilmu tentang
pristiwa yang terjadi pada suatu wilayah
masyarakat hukum (Desa) tertentu sebagai
bandingan antara masa lampau, masa sekarang dan sebagai gambaran peristiwa yang
akan datang.
Kesempatan
ini diuraikan tentang sejarah singkat nama Desa Muncan. Nama Desa Muncan pernah
termuat dalam brosur yang diedarkan pada waktu karya manca walikrama pura
besakih pada bulan april 1960 antara lain ada juga disebut nama-nama tempat
seperti: Desa Kanyuruhan, Baledan, Yeh Patal, Yeh Lenggung, Gunung Toh Langkir.
Diperkirakan sumber dari nama-nama tersebut dikutip dari prasasti jaya pangus
atau raja Purana Besakih, Maka sebutan Nama Desa Mancan, Menjadi Muncan,
kemungkinana disebabkan oleh peralihan bahasa seperti :
Sebetan
menjadi Sibetan, Manteb menjadi Muntab demikian pula Mancan Menjadi Muncan. Itu
menurut nama yang diambil dari prasasti yang termuat, ada puala yang menyebut
cerita masyarakat kuno ada seorang Brahmana yang bernama Ida Gede Padang Rata
yang berasal dari Sidemen dulu pesramannya berada disekitar dekat dengan mata
air yang airnya jernih dan besar, beliau tinggal dipsraman yang bernama tihying
dadi yang sekarang tempat tersebut bernama manik. Beliau memberi nama sumber
mata air tersebut dengan sebutan nama Yeh Babah, agak keselatan sumber mata air
bernama petung yang berdekatan dengan pura subak Ulun Suwi, Mata Air tersebut
terhindar dari letusan gunung agung yang airnya mengaliri persawahan Di Desa
Muncan, selain untuk mengairi sawah, dipergunakan juga sebagai air minum bersih
melalui perpiaan sampai ke Sangkan Gunung dan tangkup.
Dan
disebelah barat Desa Muncan, ada sumber mata air besar yang airnya mengalir
kesungai, mata air tersebut yang sampai sekarang bernama mata air Kelebut masyarakat setempat konon dulunya mata air
muncrat, mungkin nama Desa Muncan berasal dari kata muncrat, yang airnya
muncrat setinggi dengan pemukiman penduduk yang ada disebelah timurnya mata
air, yang sampai sekarang wilayah yang bersebelahan dengan mata air tersebut,
disebut Susut, konon menurut cerita masyarakat setempat menimbun mata air
tersebut dengan material bebatuan di sekitarnya sehingga lama kelamaan tidak
muncrat lagi air tersebut sampai sekarang.
Lebih
jauhnya lagi diperhatikan Geografis Desa Muncan dari kaki Gunung Agung menjurus
keselatan yang dibatasi dibagian timurnya oleh aliran sungai tukad barak dan ye
Unda, dan di bagian baratnya Desa Pejeng dan Tukad Yeh Telaga Waja. Kedua
tepian sungai ini bertemu/menyampuh dipenghujung selatan Desa Tangkup yaitu
wilayah perbatasan karangasem dengan klungkung, di sebelah utaranya berdirilah
Gunung Agung yang begitu megahnya. Memperhatikan penyatur Desa tersebut maka
pusatnya disebut Muncan, dengan demikian lengkaplah penataan sebuah desa, dengan
sebutan nyatur desa dengan manca Desa selanjutnya memperhatikan jalan besar
yang lebarnya tujuh meter terbentang dari Desa Lebih sampai ke Desa Tangkup.
Mengapa disebut demikian dulu masa adat Bali, Desa Muncan pernah mendapat gelar
menjadi Desa Manca yang artinya Wilayah kekuasaannya lebih kecil dari kecamatan
yang kemudian karena Desa Muncan lebih berkembang, sebutan Gelar Desa Manca
tidak lagi, karena gelar tersebut sudah dipindahkan kedesa Sidemen.
Mengenai
kependudukan Desa Muncan yang bersumber pada cerita rakyat, dimasa berkuasanya
Ida I Gusti Anglurah Sidemen, diantara keturunan beliau ada yang
berpuri/tinggal di bagian selatan Desa Muncan, kemudian beliau memimpin sebuah
pura yang bernama Pura Linjong, dalam pengembangan tata kehidupan beragama, Ida
Gede Padang Rata memimpin sebuah pura yaitu Pura Panti dan Pura Penataran.
Selanjutnya sesudah tahun 1879 I Gusti Nyoman Kebon membuat jero diselat yang
kemudian Beliau Biseka/bergelar I Gusti Nengah Sibetan diantara keturunan
beliau ada yang bernama I Gusti Gede Taman Dimade bersama pengiringnya bermukim
di Desa Muncan dan berpuri di sebelah Barat Pura Puseh, kedatangan Tokoh
Masyarakat tersebut diatas besama pengulu dan pemuka masyarakat lalu mengadakan
Saba untuk menata Desa Muncan, dalam Saba tersebut terdapat
kesepakatan/musyawarah mufakat membangun menata Desa dan Pura Desa Muncan
Diantaranya berpedoman/berpegangan pada piteket “Empu Kuturan” yang berarti
Pura Besakih, adapun piteket tersebut yang tidak bisa dilupakan adalah Dewa
Nawa Sanga yang diragakan dalam bentuk Arca Sanga : Laki Dan Perempuan.
Dalam
manifestasinya adalah “Siwa Lingga Dampati” yang diupacarakan/diupacarai setiap
tahun sekali yaitu pada saat madu masa menjelang tahun Caka, pada tileming
sasih cetra “ Sanga” ini dibuncingkan ( dikawinkan ) lengkap dengan
Widiwidananya lalu dianyud ke Tukad Tlaga Waja, sehingga besoknya pada tanggal
eaicaka Tahun Baru Caka dilakukan Tapa Brata Penyepian, berdasarkan hasil
musyawarah pada Saba tersebut diatas maka dibangun khayangan Desa ( Tiga) yaitu
: Pura Puseh, Pura Bale Agung, dan Pura Dalem. Disamping Pura-pura yang
dibangun dahulu semuanya dihuyu oleh krama masyarakat Desa Muncan yang lengkap
dengan pengacinya. Berdasarkan hasil Saba Gede itu yang dilandasi pada suaranya
sang Gede, lalu sura sang Gede diarcakan dalam sebuah Kulkul Kayu Gede yang berukuran tinggi 4 meter dengan garis
tengah 0,50 meter, ini merupakan perujudan masyarakat memulihkan Sang Hyang
Iswara dengan pakem moto “ Tri Hita
Karana Bhakti “ yang bermakna pengabdian kita, baik buruknya sampai mati
bersama.
Kulkul
tersebut sampai kini masih tetap dikramatkan dan disuarakan atau dipukul hanya
pada saat-saat penting saja diantaranya : pada Saba/ Usaba Gede, permulaan
Tahun Caka dan Penutupan Tahun Caka ( saat pabuncingan Arca Sanga ) dan
saat-saat genting. Diluar itu kulkul tersebut diabadikan dalam lambang “Lambang
Desa Muncan” dengan kehidupan lainnya dalam masyarakat lembaga sosial Desa
tanggal 4 Januari 1976 yang diprakarsai oleh LSD Muncan ditulis oleh I Wayan
Suri. Selanjutnya mengenai kehidupan beragama di Muncan, tata laksananya diatur
dalam sebuah awig-awig Desa dan Purana-purana. Awig-awig Desa Muncan yang pertama
disusun pada jamannya Ida Wayan Dangin di Sidemen, mengenai pelaksanaan adat/pekraman
oleh kelian Desa Adat, diayomi oleh Prebekel dan tentang pengaci-aci di Pura Khayangan dislenggarakan/ diatur oleh
sapta pemangku di kordinir oleh kebayan, dan Kelian Desa Adat dibantu oleh yang
disebut Dangka, Ngukuhin, Salahin, Taki dan Ngitutut. Mengenai Pengaci-aci
diambilkan dari hasil Sawah/ Tegal/ Pelaba Pura dan swinih aturan bebanten
menurut jenisnya oleh masyarakat.
Demikianlah sekilas sejarang singkat Desa Muncan
yang telah dimusyawarahkan sebagaimana yang tersebut diatas.
mantap brooo
ReplyDeletethanks bro,,
DeleteMatur paramasuksma..
ReplyDeleteWawu tiang manggihin berita puniki. Mangda kacunduk. Nunas alamat Putu Marayasa sareng no tlp. Dari Jero Putus Upadesa Bendesa Adat Muncan. 08123908986
Sampun sering tangkil ring peragan jro gde sareng sekaa genjek druene jro.
DeleteTitiang wantah seka genjek druene puniki jero bendesa
Deletedrdulu sya nyari tentang sejarah muncan baru ketemunya skr...suksma ya...
ReplyDeleteNggih suksma mwali
Deletemantap!!!!
ReplyDeleteSuksma pak yan
Delete